Glamping ke Tanakita (2)
https://www.helmantaofani.com/2017/10/glamping-ke-tanakita-2.html?m=0
Tanakita, dikelola oleh Rakata Campsite yang berkantor di Kebayoran, adalah satu dari sekian jasa akomodasi di mulut Taman Nasional Gede Pangrango. Tanakita unik karena menawarkan glamping. Glam camping. Berkemah dengan fasilitas penginapan berbintang.
Terletak di lahan sekitar 3 hektar, kamar-kamar Tanakita berupa tenda husky yang muat hingga 4 orang. Letaknya tersebar di sekitar lembah dengan pemandangan ke bawah. Paling dekat, pada saat kami datang, terisi 5 tenda. Di saat padat bisa dipadati 15 tenda yang mengelilingi lapangan kecil.
Di bawahnya masih ada tanah lapang yang bisa juga dipasang tenda. Lokasi ini menjadi penyedia akomodasi konser tahunan RRRec Music in the Valley yang diselenggarakan Ruang Rupa.
Masih dikelola Tanakita juga ada site yang lebih jauh, dengan bangunan permanen menjadi semacam hall-nya. Bangunan tersebut disebut Rumah Merah.
Kami menginap di lapangan utama yang dekat dengan hall utama dan kantor pengelola. Di situ sarapan, makan siang, dan makan malam diselenggarakan. Di malam hari ada api unggun dan hiburan gitar akustik. Persis seperti kemah umumnya.
Kamar mandi permanen disediakan. Terdapat fasilitas toilet duduk, shower, dan air hangat. Bangunannya terpisah, ada di sisi lapangan.
Saya pernah mengikuti glamping di Mongolian Tents, Highland, Bogor. Tetapi di Tanakita agak sedikit berbeda, karena segala sesuatunya dijalankan seperti halnya berkemah betulan. Hanya saja ada penyelenggaranya. Ada yang masak. Ada yang bikin api unggun.
Aktivitas
Fitur unggulan di Tanakita adalah aktivitasnya. Di luar yang sudah disebutkan (api unggun dan sebagainya), Tanakita juga mengakomodasi trekking, outbound, river tubing, bekerja sama dengan objek atau atraksi di sekitarnya. Yang termaktub dalam servis yang kami bayar adalah menginap di tenda dan menggunakan fasilitas yang ada dalam kompleks.
Makan perlu mendapatkan highlight khusus. Karena tiba sore hari, kami masih sempat mencicipi kudapan sore berupa gorengan dan rebusan. Mereka menyediakan banyak di area makan dan "hall" utama yang terletak di atas. Lokasi perkemahan sendiri ada yang di area terdekat dengan "hall" ini, ada yang di bawah, bahkan ada yang di seberang lembah. Karena membawa keluarga, kami memutuskan untuk berada di dekat "hall" dan fasilitasn umum.
Ketika malam tiba, disediakan makan malam lengkap (nasi dan sebangsanya). Api unggun juga dinyalakan, dengan hiburan staff Tanakita bernyanyi berbekal gitar. Saat itu ada kami dan satu keluarga lainnya yang membawa anak. Pemandu menawarkan untuk mencari kunang-kunang. Anak kami tentu tertarik dan ia ikut. Saya sendiri memutuskan untuk tinggal di api unggun dan membakar marshmallow yang kami bawa.
Keesokan paginya, dengan udara berkabut nan segar, staff Tanakita sudah sigap menyiapkan sarapan. Ada nasi lengkap, ada juga menu khas anak camping yaitu omelet atau pancake yang dibuat di atas perapian (tapak yang sama dengan api unggun malamnya). Inilah kelebihan Tanakita, meski mereka menyediakan fasilitas, tetapi yang disuguhkan tetap bernuansa camping.
Usai makan, pemandu menawarkan aneka aktivitas yang sudah disebut di atas, Kami memutuskan untuk ke air terjun Curug Sawer. Lokasi ini bisa ditempuh dengan trekking, bisa juga dengan menyewa kendaraan roda-dua (dan abang ojeknya). Jaraknya sekitar 5 km, melalui jalan setapak dan jurang terjal. Kami hanya pasrah kepada kemampuan abang ojeknya, melihat sepeda motor bergerak lincah di bibir jurang.
Dari pangkalan terdekat Curug Sawer, kami masih harus berjalan sekitar 700 meter menuju lokasi. Air terjun ini tidak terlalu tinggi, tetapi jelas masih asri dan segar. Airnya dingin, bening, dan menyegarkan. Sudah banyak juga warga sekitar yang berjualan di sana, jadi tidak usah khawatir kelaparan atau kehausan.
Kunjungan ke air terjun ini terpaksa segera diakhiri karena mendung menggayut. Kami segera kembali ke Tanakita, dan benar saja, tak berapa lama hujan deras mengguyur dalam waktu yang cukup lama. Kami terjebak di tenda hingga angkutan yang akan membawa kami ke Stasiun Cisaat tiba. Saat itu sekitar pukul 14:30 dan kereta dijadwalkan ada jam 16:00.
Oh ya, di Tanakita ini jam check-in dan check-out cukup fleksibel. Jadi kita bisa saja pergi-pulang di luar konsensi hotel yang jam 14.00 - 12.00.
Kereta menuju Bogor tiba di Stasiun Cisaat jam 4 sore. Jadwal tiba di Bogor sekitar jam 6 sore. Setiba di Paledang, kami mengambil mobil yang diparkir di gedung sebelah untuk kemudian menuju rumah.
Apresiasi
Apa kesan yang didapat dari Glamping ini? Yang pertama, meski benar bahwa ini camping berbintang lima, tetapi kita masih mendapatkan suasana camping dengan berbagai fasilitas yang ada. Dari sharing facility, api unggun, hingga makanan yang memang akrab dengan para pendaki gunung atau campers.
Yang kedua, lokasinya menjadi satu dengan Taman Nasional Gede-Pangrango membuat kita bersentuhan langsung dengan alam liar. Malam hari di tenda, saya mendengar suara di dekat tas berisi makanan. Saya khawatir ada ular. Ketika bangun, saya mendapati ada musang tengah menyantap sisa gorengan yang tersisa di piring. Pada malam hari, suara-suara hutan juga sering terdengar. Termasuk suara misterius? Coba saja. Hehehe.
Yang ketiga, pemberdayaan ekonomi lokal dari pengelola mendatangkan apresiasi. Mereka menyediakan jemputan berbentuk angkutan kota (angkot). Kita yang membayar. Kemudian sarana transportasi menuju lokasi juga menggunakan ojek pangkalan lokal. Di era economic-sharing seperti ini, Tanakita betul-betul membawa manfaat bagi sekitarnya.
Yang keempat, kita tidur di tenda dengan kurikulum standar camping. Ini sangat positif untuk mengajarkan ke anak mengenai kegiatan berkemah di alam. Memang ini mula, tetapi bukan mula yang jelek juga.
Terakhir, fleksibilitas untuk atraksi, fasilitas, hingga jam tinggal membuat kami merasa ada orientasi lain dari penyelenggara Tanakita yang lebih dari sekadar bisnis. Ada nilai edukasi dan berbagi yang membuat kami nyaman. Biaya menjadi handicap, tetapi sekarang kami mempunyai benchmark yang bagus mengenai kegiatan glamping dan edukasi alam yang ramah keluarga.
Posting Komentar