Tuhan di Lapangan Mana?
https://www.helmantaofani.com/2017/10/tuhan-di-lapangan-mana.html?m=0
Gol Pyry Soiri di menit 90 membuat Kroasia harus membayar mahal dengan batal lolos langsung ke Piala Dunia 2018. Hasil seri dengan Finlandia membuat puncak klasemen grup direbut Islandia. Kroasia yang memimpin Penyisihan Grup I selama 8 ronde harus rela kembali ke state 50-50 untuk bisa lolos. Menanti lawan playoff yang akan diundi 17 Oktober nanti.
Mungkin masih sesak juga untuk Swiss. Rekor mereka hanya kalah dari Jerman soal rasio menang kalah. Dari 10 pertandingan, 9 di antaranya berhasil dimenangi. Tapi satu-satunya yang lepas justru fatal. Kalah dua gol di kandang Portugal membuat jatah tiket langsung menguap. Dari berjarak dua gol ke Rusia, kini Swiss kembali ke rasio 50-50 untuk bisa tampil di Piala Dunia.
Pukulan berat juga mesti diterima Amerika Serikat. Mereka bahkan tidak akan tampil di Piala Dunia. Peluangnya nol. Jarak mereka ke Piala Dunia sebetulnya ada setengah jam untuk mencari satu gol penyelamat. Namun tak kunjung tiba, pesta beralih ke Panama dan Honduras yang menjaga peluang dengan selisih gol minus.
Ini cerita mengenai terampasnya peluang sepersekian momentum. Tak peduli lebih banyak catatan bagus, kadang ada satu-dua peristiwa yang seolah menihilkan kerja keras. Mungkin inilah yang disebut dengan sial.
Di sisi lain, tidak pernah menang dalam 4 laga terakhir (sekali kalah dan tiga imbang) bisa ditutup dengan penampilan bagus satu orang Lionel Messi. Hattrick Messi cukup mengantar Argentina lolos langsung ke Rusia dengan modal menang di pertandingan terakhir saja.
Yang itu kebalikannya. Kadang ada juga hasil yang mampu menutupi semua keburukan. Untuk yang seperti ini barangkali kita bisa menyebut mujur.
Siapakah gerangan pemutar roda nasib yang bisa membolak-balikkan keadaan?
Apakah rapalan doa seperti komentator sepakbola Mesir membuat Mohammed Salah lunas menceplos gol di tendangan terakhir?
Mungkinkah ini skenario konspirasi untuk mencegah orang Amerika mengecap visa Rusia?
Saya masih menggugat ketidakadilan sepakbola. Ah, tapi bukankah itu manusiawi? Sehari-hari kita berkubang pada perputaran roda nasib yang ditentukan kesialan dan kemujuran sepersekian detik.
Kembali saja kepada ujaran: “life imitates football”.
Posting Komentar