Taman Impian Bukan Surga
https://www.helmantaofani.com/2018/01/taman-impian-bukan-surga.html?m=0
Dulu, waktu kanak-kanak, saya suka membayangkan rasanya hidup di dekat taman hiburan atau pasar malam. Tentu menyenangkan, melihat komidi putar tiap hari, atau penjual cotton candy yang tiap saat available.
Masa kecil di sekitar Disney World, Orlando, barangkali menarik di bayangan imaji anak kecil, macam saya dulu. Ini yang menjadi latar film “The Florida Project”. Mengambil setting sebuah motel (yang lebih mirip rusun) di sekitar lambang keriaan Amerika Serikat, film ini merekam dengan mengalir kehidupan anak-anak di sana.
Apa iya Disney World juga memberi kebahagiaan hakiki bagi anak-anak yang tinggal di sekitarnya? Tentu tidak! Karena anak-anak tetap akan mendapatkan hakikat kebahagiaan di manapun ia berada. Asal ada teman, mainan, dan tempat bermain.
Dalam sudut pandang Moone, anak perempuan berusia 8 tahun-an, lingkungannya adalah taman bermain yang nyata. Ia melihat kedai es krim, motel, klub janapada, dan ekosistem yang bergantung pada Disney World sebagai sebuah kewajaran. Bukan dunia utopia yang ada dalam bayangan anak lain.
Moone hidup dengan ibunya yang dalam perspektif berbeda benar-benar menggantungkan hidupnya di ekosistem Disney World. Perbedaan sudut pandang ini menjadi tema. Satu bicara kelangsungan hidup, satu lagi mengenai kelangsungan kesenangan.
Alur film berjalan mengalir, sesuai dengan genre realis film yang nyaris tanpa musik latar. Ia hanya mengikuti ke mana anak-anak kecil (Moone dan teman-temannya) dan pengelola motel (Willem Dafoe yang bermain low-key). Kamera juga lebih sering diambil dalam skala manusiawi, gaya semi dokumenter dengan footage dan tekstur serta akting natural.
Film macam ini jelas tidak akan bertemu di ranah komersial. Penggambaran hidup yang realis, hingga hal yang mundane sekalipun masuk ke dalam gambar. Tanpa mengetahui plotnya, mungkin Anda bisa bosan setengah mati menanti apa yang akan terjadi.
Mungkin tingkah dan akting luar biasa wajar dari Brooklyn Prince sebagai Moone yang bisa menahan penonton untuk mengikuti jalan cerita. Perspektif Moone menjadi peran protagonis film ini.
Pada akhirnya, akan ada satu titik temu tentang perspektif hidup anak dan orang dewasa. Pada titik temu itulah pengalaman hidup menjadi berbeda-beda. Pengembangan konflik di film ini kemudian merekam ketika hajat Moonie bertemu dengan kebutuhan hidup ibunya.
Ialah yang membuat hidup di pinggiran surga macam Disney World tetap saja tidak sama dengan hidup di surga.
Posting Komentar