Axl Rose dan Membuktikan Kemustahilan
https://www.helmantaofani.com/2018/11/axl-rose-dan-membuktikan-kemustahilan.html?m=0
Terima kasih Axl Rose, sudah membuktikan pada kami semua bahwa mengikuti pitch “I see the storm is getting closer. And the waves they get so high” dari “your younger self from 1992” itu hal yang mustahil.
Axl kini merupakan remnant dari kejayaan membawakan lagu dengan falsetto dan power sehingga sempat dijuluki “banshee” (makhluk mitos berwujud perempuan yang bisa berteriak memekakkan telinga). Suara aslinya masih ada dan karismatis. Ketika ia bilang “shed a tears cause I’m missing you”, penonton di Stadion GBK semalam (8/11) berteriak. Itu masih suara yang sama dengan penggombal di akhir 1980-an dari Los Angeles.
Imaji mengenai Axl Rose yang kurus, memakai hot pants dan kaos putih sambil meliuk, adalah warisan waktu. Begitu juga dengan lekatnya memori ketika ia memamerkan empat range oktafnya di “Knockin’ on Heavens Door” sambil menggoda penonton. “I sing once, and you sing once. You have Tracy and Alberta to help you.” Ia, saat itu, bahkan yakin bisa mengalahkan energi puluhan ribu penonton ketika ia mencapai langit dengan teriakannya.
Sekarang ini, Axl mungkin menunjuk penonton untuk membantunya. Berbagai komentar di YouTube mengenai “nasal voice”-nya yang disebut “Mickey Mouse on helium” itu memang nyata. Beberapa penonton di sekitar saya bahkan mulai jatuh iba ia mulai kepayahan menjangkau beberapa notes yang dulu sambil lari ke sayap panggung masih bisa dilahapnya.
Lalu apa yang membuat penonton rela membayar tiket jutaan rupiah untuk menontonnya?
Karena kita bicara tentang Guns N’ Roses (GNR). Guns N' Fucking Roses. Satu dari dua band yang mampu menyita atensi diskusi komunal di era 1990-an. Band terbesar pada masanya, yang bisa menyatukan bias gender pada musik rock. Mungkin juga bias usia, yang muda dan sangat mudapun mudah jatuh cinta dengan musik yang mereka buat. 3 album awal yang sangat fenomenal. Atau 4 bila Anda menghitung Use Your Illusion dua kali. Mereka jelas punya bekal di sana.
Per hari ini, GNR diikuti 9 juta followers dan lagunya di-stream 13 juta kali per bulan di Spotify. Angka ini masif, dan membuktikan bahwa jarak tiga dekade sejak mereka merilis Appetite for Destruction menjadi tidak relevan ketika kita bicara hukum rentang waktu dan relasinya terhadap aktualitas. Senjata mereka, selain individu dalam band, adalah katalog yang mereka punya.
Apple Music merilis daftar top songs dari GNR menggunakan algoritma mereka. Lagu yang paing sering diputar otomatis akan masuk ke top songs. “Sweet Child O Mine”, “November Rain”, dan “Don’t Cry” adalah tiga yang di puncak. Menyusul kemudian “Knockin on Heaven’s Door”, “Patience”, dan “Welcome to Jungle”. Apakah lagu-lagu itu dibawakan di konser, termasuk di GBK? Tentu saja!
Tiga jam lebih, konser yang menguras energi penonton (dan juga performer), GNR membawakan 27 lagu. Sepuluh besar top songs dari Apple Music hadir. Lagu dari album klasik, Appetite for Destruction dominan. Disusul katalog Use Your Illusion. Sisanya kombinan antara tiga lagu Chinese Democracy, beberapa cover songs, dan tentu saja “Patience” dari LIES.
Axl Rose, seperti dikutip di atas, sudah kepayahan juga menggapai notes dari berbagai lagu. Tetapi masih ada “jualan” lain dari GNR, dalam diri individu personil yang lain.
Bila menilik Axl akan terbentang jarak antara sosoknya di masa lalu dan sekarang. Itu nyaris tidak berlaku bagi dua personil “asli” lain. Duff McKagan dan Slash tampak tidak beranjak dari masa lalu. Masih sama, fit, atraktif, dan menarik.
Duff masih menghajar pitch vokal di “You Can’t Put Your Arms Around a Memory” sebelum menyanyikan lagu Misfits, “Attitude”. Slash juga hampir tak pernah hilang dari panggung, mengisi dengan berbagai licks, solo, dan peragaan lainnya. Masih menjadi co-frontman yang membahagian penonton kala melihat top hat, rambut kriwil gondrongnya, dan aviator sunnies. Melihat mereka, waktu seperti tak bergerak dari era kami semua menonton VHS dan Betamax video konser di Jepang. Alasan kaos Pepe Le Pew masih dipakai segelintir penonton malam kemarin.
Keduanya jadi alasan kuat mengapa bayaran GNR menggelembung 6 kali lipat dibanding 2012. Waktu itu, tanpa Duff dan Slash, GNR tampil pertama kali di Jakarta.
GNR kali ini didukung formasi Axl, Duff, dan Slash yang merupakan anggota awal sejak band ini berdiri tahun 1985. Dizzy Reed, selain Axl, kini jadi anggota terlama GNR, masih di belakang kibor. Ia dibantu Melissa Reese. Belum ada Izzy, tapi Richard Fortus ada untuk Axl, sudah 18 tahun kini, menjadi pemetik senar. Frank Ferrer ada di belakang drum.
Mereka seolah berlomba dengan penonton, yang sebagian besar pasar nostalgia (baca: menua). Axl boleh saja payah suaranya (dan sering balik ke backstage, konon untuk mendapatkan suplai oksigen). Tapi ia kuat menggelar mesin waktu selama tiga jam. Di depan audiens yang sebentar lagi melambaikan tangan ke kamera.
Axl juga masih menjelajah panggung. Flanking, ke kanan, kiri, tengah. Ia masih menyanyi full. Dengan setlist padat yang masih memintanya menjadi banshee. Axl sebetulnya punya kuasa untuk memilih set yang aman. Set yang sesuai dengan karakter vokal dan energinya kini. Ia seperti menantang pakem. Kuat-kuatan antara dirinya dengan penonton. Seperti menyuruh “try to fill in my shoe”. Nyanyikan pitch ini. 25 lagu. Tiga jam lebih. It’s so easy.
But it is NOT so easy bagi penonton. Lutut yang termakan usia, suara yang mulai habis, dan energi yang disisakan. Sehingga, nyaris tidak ada yang kecewa ketika “Paradise City” dipanggungkan sebagai pengakhir acara. Mereka terpukau, bubar, dan meninggalkan venue.
Apa yang mereka bawa pulang? Kenangan tentunya, ketika stok nostalgia dipanggungkan seluruhnya oleh GNR. Rasa lelah pastinya, kalah dalam lomba ketahanan tiga jam dengan para orangtua di atas panggung.
Sebagian lagi, seperti saya, tentunya menyimpan rasa syukur juga bahwa berteriak “loaded like a freight train, flyin’ like an aeroplane” di nada tinggi seperti Axl Rose itu bentuk kemustahilan yang juga dibuktikan oleh Axl Rose sendiri.
Kita tidak sendiri, kawan!
Photo: A. Paes/Shutterstock - Axl di Rio tahun 2017
Guns N’ Roses
Stadion GBK, Jakarta
Kamis, 8 November 2018
1. It’s So Easy
2. Mr. Brownstone
3. Chinese Democracy
4. Welcome to the Jungle
5. Double Talkin’ Jive
6. Better
7. Estranged
8. Rocket Queen
9. Live and Let Die (Wings cover)
10. Slither (Velvet Revolver cover)
11. You Could Be Mine
12. Attitude (Misfits cover) - Duff on vocals
13. This I Love
14. Civil War
15. Coma
16. Slash Guitar Solo - The Godfather
17. Sweet Child O’ Mine
18. Wichita Lineman (Glen Campbell cover)
19. Wish You Were (Pink Floyd cover) - Slash and Richard Fortus Guitar Duet
20. November Rain
21. Black Hole Sun (Soundgarden cover)
22. Knockin’ on Heaven’s Door (Bob Dylan cover)
23. Nightrain
Encore:
24. Patience
25. Don’t Cry
26. The Seeker (The Who cover)
27. Paradise City
Posting Komentar