Quantity or Quality Responses?
https://www.helmantaofani.com/2019/04/quantity-or-quality-responses.html
Di level paling rendah, kadang saya suka iri dengan mudahnya orang lain menuai likes atau komen. Atau kanal di YouTube yang banyak subscribers-nya padahal isinya nirfaedah.
Ketika sampai di sini, saya sering ingat pada tahun 1981 (saya belum lahir), ada sebuah iklan di kolom iklan baris koran.
Drummer, mencari musisi metal untuk memainkan Tygers of Pan Tang, Diamond Head, dan Iron Maiden.
Hanya dua orang yang merespon.
Untuk metrik saat ini, "captal gain" dari iklan baris tersebut tentu saja sampah. Awareness-nya bagaimana? Lead-nya bagaimana? Metrik yang tidak lagi melihat "quality respondent" karena orang disimak sebagai statistika saja.
Kalian cuman gelintir angka belaka bagi politisi, brand, dan sebagainya. Kita hidup dalam dunia "quantity respondent" yang sangat mengkhawatirkan. Penilaian berdasarkan banyak-banyakan subscribers, likes, comments.
Karena saya hidup di dunia periklanan, situasi juga sama. Sekarang metric-nya adalah traffic, reach, dan sebagainya. Di babak tertentu, itu tentu saja dibutuhkan. Tetapi tidak mutlak.
Andai iklan baris di atas diposting di dunia kini, mungkin si pemasangnya akan menyerah ketika hanya direspon oleh sepasang saja. Tidak melihat lagi siapa respondennya.
Satu dari (hanya) dua orang yang merespon itu masih bermain bersama si pemasang iklan hingga hari ini dalam band (arguably) metal terbesar di dunia: Metallica.
Moral of the story, now you know why I keep posting, regardless likes and comments I got!
Posting Komentar