Berbagi Musik Lewat Album Kompilasi
https://www.helmantaofani.com/2019/08/berbagi-musik-lewat-album-kompilasi.html?m=0
Sebagai bagian generasi 1990-an, sudah tentu saya berbagi kesukaan hal yang umum dengan mainstream saat itu. Tak terkecuali album-album rekaman yang pada masa sebelum mp3 biasanya didengar secara kolektif. Menyitir tantangan "let's confuse kids nowadays", pasti ada beberapa album yang kepemilikannya sudah entah oleh siapa lantaran berpindah dari walkman satu ke lainnya. Dan juga dari tape (stereo) Polytron yang satu ke yang lain.
Salah satu album yang masuk dalam kategori tersebut adalah album-album kompilasi yang memiliki budget promosi tinggi. Video iklannya sering muncul sebagai iklan di televisi komersial pada masanya. Rasanya, setiap anak yang "survive" di akhir 1990-an akan terpapar dengan iklan album kompilasi macam Now (yang serinya sampai berjilid-jilid), Mega Rock Ballads (volume I) dan Fresh! (terutama yang "jeruk").
Spesifik menyebut Mega Rock Ballads, kaset atau album ini berisi kompilasi lagu-lagu slow rock kontemporer. Mulai dari Queen hingga REM. Album ini spesial karena promosinya cukup masif, serta tawaran transkrip lirik lengkap di dalamnya. Sehingga, ritual yang kerap terjadi adalah ketika kasetnya ada dalam stereo, maka yang memegang sleeve (kover) adalah yang akan menyanyi. Tidak heran bila kondisi fisik album ini kerap menyedihkan. Paling sering adalah sleeve yang terputus. Karena terlalu laris sebagai teman karaoke berjamaah, bahkan tidak jarang pemilik album yang menyediakan versi fotokopi cover-nya agar bisa digunakan bersama-sama.
Segmen yang masuk ke dalam album kompilasi ini cukup lebar. Karena rentang band yang disajikan dari REM hingga Queen, sampai saya kuliah (awal 2000-an, albumnya sendiri dirilis 1999), kasetnya masih sering beredar ke mana-mana.
Kompilasi ini menyasar segmen yang lebih muda. Sama dengan Mega Rock Ballads (sama-sama dari label EMI), album ini hadir terlebih dahulu. Rilis pada tahun 1998, dengan promosi masif di televisi, dengan potongan video klip dari roster kompilasi yang berisi band-band baru. Dari Arkarna, Catatonia, sampai ke Green Day. Pada masanya, genre ini adalah alternatif kontemporer, yang berisi "veteran" seperti Oasis, Suede sampai pendatang baru yang betul-betul terangkat karena album ini. Salah satunya adalah Cornershop yang populer dengan lagu "Brimful of Asha"-nya.
Fresh! juga bernasib sama seperti Mega Rock Ballads, yang kehadirannya mampir ke berbagai unit mekanis stereo atau walkman. Kekuatannya adalah tawaran genrenya yang cukup luas, menampilkan kombinasi musisi atau band lama dan baru. Dengan Fresh! ini publik mengenal Catatonia, Mansun, atau Chumbawamba yang rasanya usai rilisan ini kembali ke status mereka sebagai band yang datar-datar saja.
Fresh! dan Mega Rock Ballads ini merupakan rilisan pada puncak era keemasan album rekaman. Pada tahun 1999, industri rekaman mencatat omset lebih dari 30 milyar pounds, raihan tertinggi sebelum tahun-tahun berikutnya tidak pernah lagi sampai ke angka tersebut. Pada 2000, publik mulai mengenal mp3 dengan filesharing-nya yang digawangi (antara lain) Napster. Kepemilikan PC mulai menggantikan tape stereo, walkman, dan lain-lain. Kala itu, WinAmp adalah rajanya.
Pola tersebut mulai mengubah konsumsi musik. Album rilisan menjadi tidak laku. Orang hanya mendengarkan single-single, yang oleh para pelaku pembajakan musik dikompilasi dalam satu cakram padat berisi ratusan single. Ini, efektif juga membunuh album kompilasi.
Pada 2010-an, ketika iPod mulai naik, dan penggunaan smartphone juga makin masif, musik masuk ke ranah individu. Tidak ada lagi kover album yang lecek karena dipinjam sana-sini. Tidak ada lagi pita kaset yang molor lantaran sering berganti unit mekanis dan head yang berbeda kwaliti. Orang tidak mendengarkan bersama-sama, dalam konteks ruang dan waktu yang sama. Pembicaraan mengenai album rekaman makin nyungsep, hampir tidak pernah muncul lagi ke permukaan. Demikian juga dengan kompilasi, yang pada masanya jadi domain eksklusif radio dan segelintir untuk menyusun playlist.
Mungkin "aura"-nya agak berbeda ketika music service mulai menemukan katalisnya dalam duopoli layanan besar. Apple Music dan Spotify saat ini. Layanan yang berbasis pengguna, meski tidak akan mengembalikan lagi kejayaan sharing multi-single, tetapi memungkinkan untuk berbagi playlist. Sehingga, album-album rekaman kompilasi menemui bentukan barunya, yang bisa dibagikan dengan experience berbeda.
Upaya replika album kompilasi yang pada masanya melegenda (Mega Rock Ballads dan Fresh!) kini bisa dilakukan, lengkap dengan berbagi ke pengguna lainnya.
Salah satu album yang masuk dalam kategori tersebut adalah album-album kompilasi yang memiliki budget promosi tinggi. Video iklannya sering muncul sebagai iklan di televisi komersial pada masanya. Rasanya, setiap anak yang "survive" di akhir 1990-an akan terpapar dengan iklan album kompilasi macam Now (yang serinya sampai berjilid-jilid), Mega Rock Ballads (volume I) dan Fresh! (terutama yang "jeruk").
Spesifik menyebut Mega Rock Ballads, kaset atau album ini berisi kompilasi lagu-lagu slow rock kontemporer. Mulai dari Queen hingga REM. Album ini spesial karena promosinya cukup masif, serta tawaran transkrip lirik lengkap di dalamnya. Sehingga, ritual yang kerap terjadi adalah ketika kasetnya ada dalam stereo, maka yang memegang sleeve (kover) adalah yang akan menyanyi. Tidak heran bila kondisi fisik album ini kerap menyedihkan. Paling sering adalah sleeve yang terputus. Karena terlalu laris sebagai teman karaoke berjamaah, bahkan tidak jarang pemilik album yang menyediakan versi fotokopi cover-nya agar bisa digunakan bersama-sama.
Segmen yang masuk ke dalam album kompilasi ini cukup lebar. Karena rentang band yang disajikan dari REM hingga Queen, sampai saya kuliah (awal 2000-an, albumnya sendiri dirilis 1999), kasetnya masih sering beredar ke mana-mana.
Fresh!
Sebelumnya, album kompilasi rock kontemporer yang juga "meledak" adalah Fresh! Dikenal karena kover-nya yang bergambar jeruk sehingga acap disebut "album jeruk" juga oleh beberapa orang.Kompilasi ini menyasar segmen yang lebih muda. Sama dengan Mega Rock Ballads (sama-sama dari label EMI), album ini hadir terlebih dahulu. Rilis pada tahun 1998, dengan promosi masif di televisi, dengan potongan video klip dari roster kompilasi yang berisi band-band baru. Dari Arkarna, Catatonia, sampai ke Green Day. Pada masanya, genre ini adalah alternatif kontemporer, yang berisi "veteran" seperti Oasis, Suede sampai pendatang baru yang betul-betul terangkat karena album ini. Salah satunya adalah Cornershop yang populer dengan lagu "Brimful of Asha"-nya.
Fresh! juga bernasib sama seperti Mega Rock Ballads, yang kehadirannya mampir ke berbagai unit mekanis stereo atau walkman. Kekuatannya adalah tawaran genrenya yang cukup luas, menampilkan kombinasi musisi atau band lama dan baru. Dengan Fresh! ini publik mengenal Catatonia, Mansun, atau Chumbawamba yang rasanya usai rilisan ini kembali ke status mereka sebagai band yang datar-datar saja.
Fresh! dan Mega Rock Ballads ini merupakan rilisan pada puncak era keemasan album rekaman. Pada tahun 1999, industri rekaman mencatat omset lebih dari 30 milyar pounds, raihan tertinggi sebelum tahun-tahun berikutnya tidak pernah lagi sampai ke angka tersebut. Pada 2000, publik mulai mengenal mp3 dengan filesharing-nya yang digawangi (antara lain) Napster. Kepemilikan PC mulai menggantikan tape stereo, walkman, dan lain-lain. Kala itu, WinAmp adalah rajanya.
Pola tersebut mulai mengubah konsumsi musik. Album rilisan menjadi tidak laku. Orang hanya mendengarkan single-single, yang oleh para pelaku pembajakan musik dikompilasi dalam satu cakram padat berisi ratusan single. Ini, efektif juga membunuh album kompilasi.
Pada 2010-an, ketika iPod mulai naik, dan penggunaan smartphone juga makin masif, musik masuk ke ranah individu. Tidak ada lagi kover album yang lecek karena dipinjam sana-sini. Tidak ada lagi pita kaset yang molor lantaran sering berganti unit mekanis dan head yang berbeda kwaliti. Orang tidak mendengarkan bersama-sama, dalam konteks ruang dan waktu yang sama. Pembicaraan mengenai album rekaman makin nyungsep, hampir tidak pernah muncul lagi ke permukaan. Demikian juga dengan kompilasi, yang pada masanya jadi domain eksklusif radio dan segelintir untuk menyusun playlist.
Mungkin "aura"-nya agak berbeda ketika music service mulai menemukan katalisnya dalam duopoli layanan besar. Apple Music dan Spotify saat ini. Layanan yang berbasis pengguna, meski tidak akan mengembalikan lagi kejayaan sharing multi-single, tetapi memungkinkan untuk berbagi playlist. Sehingga, album-album rekaman kompilasi menemui bentukan barunya, yang bisa dibagikan dengan experience berbeda.
Upaya replika album kompilasi yang pada masanya melegenda (Mega Rock Ballads dan Fresh!) kini bisa dilakukan, lengkap dengan berbagi ke pengguna lainnya.
Posting Komentar