Dark: Labirin Rumit dari Winden
https://www.helmantaofani.com/2020/06/dark-labirin-rumit-dari-winden.html?m=0
Sabtu (27/6) kemarin, Netflix merilis season ketiga dari serial Dark. Film seri produksi Jerman ini berakhir pada musim ketiga penayangannya, dan rilis pada tanggal yang jadi premis akhir dunia pada ceritanya.
Dark menyita atensi keduanya ketika berhasil menjadi juara sebuah kontes di internet, yang mempertandingkan semua serial produksi Netflix. Ia berhasil menyisihkan sejumlah serial populer lain macam Narcos atau Stranger Things. Khusus nama terakhir, Dark sering dibilang sebagai Stranger Things versi Eropa. Perbandingan itu tak pelak disemat karena memang ada kemiripan tema keduanya.
Dark berkisah mengenai penduduk kota kecil Winden di Jerman. Winden dikelilingi hutan, yang di tengahnya terdapat danau dan goa. Goa ini menjadi sentral misteri dari cerita ini, lantaran banyak kasus aneh terjadi di sekitarnya. Paling sering adalah orang-orang yang hilang. Bangunan cerita mengenai keluarga yang terkait satu sama lain, kota kecil, serta orang hilang menjadi dasar mengapa Dark sering dikaitkan dengan Stranger Things.
Winden, kota yang memiliki pembangkit listrik tenaga nuklir ini dihuni oleh penduduk yang relatif close-knit, tahu satu sama lainnya. Fokus kisah bercerita mengenai beberapa keluarga, antara lain: Nielsen, Kahnwald, Tiedemann, dan Doppler. Protagonisnya adalah Jonas Kahnwald, anak tunggal dari Michael dan Hannah Kahnwald. Kisahnya bermula pada November 2019 ketika Jonas, kakak-adik keluarga Nielsen (Magnus, Martha, dan Mikkel), Franziska Doppler, serta Bartosz Tiedemann bermain di sekitar goa Winden selepas seorang remaja (Erik) dilaporkan hilang.
Suara misterius yang datang dari goa mengagetkan keenam orang tersebut sehingga mereka lari tunggang langgang di hutan. Ketika berhasil berkumpul, Mikkel, yang paling kecil, hilang. Ia tidak ditemukan meski sudah disisir dengan bantuan polisi setempat (termasuk ayah Mikkel, Ulrich, yang juga seorang polisi). Tak lama, jasad anak kecil ditemukan di sekitar goa. Ia bukan Mikkel, tetapi Mads Nielsen. Paman Mikkel yang hilang sejak 1986 ketika masih berusia 13 tahun. Nah, jasad Mads ini masih berusia 13 tahun, dan utuh. Ia seolah seperti terlempar dari tahun 1986. Misteri ini menjadi bangunan premis untuk mengantar kita ke kisah penjelajahan waktu.
Yes, Dark merupakan film sci-fi yang melibatkan time travel. Misteri yang menyingkap fenomena ini, sebagai sebuah series, dibangun satu per satu dengan metode thriller dan suspense. Aspek ini cukup berhasil untuk membuat penontonnya setia mengikuti, meski alurnya kian rumit dan berliku. Termasuk pengenalan karakter yang cukup banyak. Bila tidak "dipaku" dengan cerita thriller, barangkali Dark sudah ditinggalkan penontonnya.
Sebagai produksi Jerman, Dark juga mengelaborasi (atau memamerkan) kekayaan pikiran yang dibangun para cendekia sejak lama. Albert Einstein membuka dengan padangan fisika kuantumnya, yang menjadi basis cerita. Lalu Sigmund Freud juga digunakan untuk menjelaskan mengenai motif-motif yang mendasari pengambilan keputusan karakternya. Tentu saja tak ketinggalan parade filsuf macam Nietzsche, Schopenhauer hingga Goethe yang membuka dialektika mengenai Tuhan dan manusia.
Mitologi Yunani juga menjadi generator cerita cukup penting. Labirin menjadi diksi yang kerap disebut untuk menggambarkan rumitnya jalan cerita (dan kemudian silsilah keluarga). Kisah Ariadne yang memberikan pemintal benang ke Theseus untuk bisa keluar dari labirin juga menjadi alegori. Heroisme sang protagonis (Jonas) tak bisa luput dari bantuan karakter perempuan (Martha Nielsen).
Menonton Dark, bisa dihabiskan dalam satu periode "lembur nonton" (binge-watching). Season pertama mereka berisi 10 episode. Layaknya season perkenalan, menonton musim ini merupakan adaptasi ke konsep cerita, sambil "dipaku" ke suspense yang menarik. Season kedua mereka hanya berisi 8 episode, mulai memasukkan lagi lebih banyak setting dan karakter yang menambah kompleksitas.
Di season terakhir, Dark tayang dengan 8 episode. Season terakhir, terutama 3 episode akhir, banyak memamparkan mengenai penjelasan-penjelasan alur secara linier. Maklum, dengan tema time travel, alur di season 1 dan 2 tampak seperti labirin yang loncat sana-sini. Kelindan antar masa ini baru dibahas di season terakhirnya. Meski demikian, menonton season 1 saja juga rasanya tetap menghibur.
Jadi, apabila Anda suka dengan thriller-suspense dengan setting sci-fi, Dark bisa menjadi serial untuk dinikmati. Bayangkan ini seperti Terminator (dengan paradoksnya), dengan bumbu drama macam Time Traveler's Wife, setting ala Spingfield-nya The Simpsons, dan kompleksitas The Matrix. Khusus film terakhir, menonton film ini memang berasa mengalami trilogi sinema garapan Wachowski bersaudara itu.
Menghibur dan ringan di film pertama, lalu berat dan ramai di film kedua, dan kemudian terbebani tema yang diambil pada film ketiga. Dark memiliki feel yang sama di tiap seasonnya. Seperti kalimat yang kerap dikutip karakter Jonas.
"It's like a glitch in The Matrix."
Posting Komentar