Kapital Kafein Baru di Kerajaan Bintaro
Sembilan tahun silam, kala memutuskan pindah ke Bintaro, tidak terbayangkan bila kemudian wilayah yang kami tinggali ini mempunyai geliat yang begitu dinamis. Kini, segala sesuatunya terasa a-block-away untuk memenuhi segala kebutuhan, Termasuk kebutuhan kafein.
Pertama berniat pindah ke kluster Emerald di daerah Parigi, wilayah ini masih dalam pembangunan. Pilihan lokasi ini kami pilih, antara lain, karena jaraknya hanya 3 kilometer dari Stasiun Sudimara. Saya dan istri, waktu itu, memang merencanakan mengakses kantor menggunakan kereta. Sekitar Emerald masih menjadi jalur akses warga yang tinggal di daerah sekitar untuk menuju Stasiun Sudimara. Katakanlah Pondok Kacang, Pondok Jagung (dan arah Graha Raya), dan Ciledug.
Jalur utamanya adalah Jalan Raya Jombang yang menghubungkan Ciledug dan Ciputat (dan Pamulang). Di jalur inilah permukiman warga berkembang. Hingga pada sekitar 2007, Bintaro Jaya mengembangkan beberapa kluster besar, yaitu kluster Kebayoran, Emerald, dan kemudian Discovery. Pengembangan ini diikuti dengan penambahan infrastruktur jalan yang kini menjadi axis baru untuk menghubungkan wilayah-wilayah sekitar. Axis paling besarnya adalah Jalan Bulevar Bintaro Jaya yang membentang dari pintu tol Pondok Aren di jalan tol Serpong hingga pintu tol Parigi di jalan tol Bandara yang baru.
Axis baru ini kemudian memang efektif menjadi sentra mobilisasi. Dengan dibukanya akses ini, tak hanya jalur mobilitas kendaraan, hampir tiap pagi axis ini digunakan warga untuk beraktivitas, antara lain olah raga. Jalur yang kemudian dikenal dengan istilah Binloop (Bintaro Loop) ini setiap pagi akhir pekan penuh dengan warga yang menggunakannya sebagai ruang aktivitas. Dari yang jalan kaki, jogging, bersepeda, skateboard, atau skuter yang bisa disewa.
Konsekuensi logisnya, wilayah ini kemudian berkembang pula secara aspek bisnis. Entitas bisnis berkembang di axis ini, yang difasilitasi oleh Jaya dengan berbagai ruko. Namun yang menarik adalah ekses dari pengembangan ini ke wilayah sekitar.
Adanya akses utama baru, di satu sisi, membuat beban akses lama menjadi berkurang. Jalan Raya Jombang tidak sepadat dulu. Jalan-jalan pendukungnya juga mulai nyaman dilalui. Dengan kepadatan berkurang, ruang-ruang yang dilalui menjadi semakin ter-ekspos. Hal ini tentu menaikkan nilai dari aset properti yang ada di pinggir jalan sebagai aset bisnis. Mulanya sebagai lingkungan tinggal, kini aset ini mulai berkembang sebagai aset bisnis.
Rumah-rumah pinggir jalan pendukung mulai berubah fungsi sebagai ruang usaha. Jalan Elang dan Jalan Rajawali misalnya, yang dahulu hanya berfungsi sebagai jalur perumahan menuju axis Jalan Raya Jombang. Sepanjang kedua jalan ini sekarang telah dipenuhi ruang-ruang usaha baru. Paling terlihat adalah bisnis kuliner, khususnya kedai kopi.
Jalan Elang yang Berkembang
Dahulu, ketika mula datang ke area yang acap disebut Sektor 9 ini, kedai kopi yang tersedia masih hitungan jari. Paling umum adalah Starbucks yang menempel dengan McDonald's sebagai tetenger kawasan. Kalau ditanya Sektor 9, respon paling umum adalah: "Sebelah mana McD?"
Tidak lama, kedai kopi lain di area tersebut kemudian bertambah dengan adanya Saudagar Kopi Bintaro. Kedai ini pada awalnya adalah afiliasi dari Saudagar Kopi yang ada di Jalan Sabang, Jakarta Pusat. Kini sepertinya mereka pecah afiliasi, dengan Saudagar Kopi Bintaro mem-branding diri mereka dengan sebutan SKB. Kedai ini masih beroperasi dan tetap ramai. Pengunjung yang datang rerata merupakan pelanggan loyal yang memang sudah bertahun-tahun menjadikan kafe ini sebagai tempat rendez vous atau bekerja.
Munculnya SKB (dan keberadaan Starbucks) kemudian memicu hadirnya kedai-kedai lain. Dari SKB yang berada di Jalan Maleo, kedai kopi hadir satu per-satu merambat ke arah axis Jalan Raya Jombang dan Jalan Bulevar Bintaro. Rambatan pertama kemudian menjadikan wilayah Jalan Elang dan Senayan Bintaro mulai berkembang. Lalu pada akhir-akhir ini, Jalan Rajawali yang menghubungkan Sektor 9 dengan Binloop juga bermunculan ruang-ruang usaha.
Tidak semua kedai-kedai kopi di wilayah ini bisa bertahan. Beberapa tempat sampai sekarang silih berganti palang nama. Tetapi kedai seperti Kopi Praja (di Jalan Titihan, sekitar 200 meter dari perempatan Zodiac yang ada di axis Jalan Raya Jombang) dan Manakala Kopi (di Jalan Elang, 100 meter dari perempatan sama) masih bertahan sejak dibuka dalam periode kurang lebih sama (sekitar 3-4 tahun lalu).
Sukses dua kedai itu membuat kafe-kafe baru bermunculan dalam jarak yang sangat berdekatan. Saat ini, ketika petang akhir pekan, daerah perempatan Zodiac menjadi hub komunitas baru, yang pada saat pembatasan pandemi dulu kerap dibubarkan paksa pihak berwenang. Di radius 200 meter dari perempatan ini, setidaknya lebih dari 10 kedai kopi hadir menawarkan tempat-tempat rendez vous baru di bilangan Sektor 9 Bintaro.
Rata-rata kedai kopi di wilayah ini mengalihfungsikan hunian menjadi kafe. Konsekuensinya, rata-rata kafe berukuran kecil sehingga untuk menyerap pasar, kafe-kafe yang lain di sekitarnya terus bermunculan. Saat ini, di Jalan Elang, setiap 50 meter atau kurang kita bisa dengan mudah menjumpai kedai kopi atau tempat yang menawarkan kafein.
Fenomena ini juga mulai bertumbuh di Jalan Rajawali. Meski belum serapat Jalan Elang, tetapi intensitas kemunculan kafe baru di jalur ini juga cukup masif. Selama kurun pandemi (setahun terakhir), sekitar 4 kedai baru menghiasi Jalan Rajawali. Uniknya, fenomena ini tidak terlalu terserap di axis utama, terutama Jalan Bulevar Bintaro Jaya.
Sentra aktivitas di Bulevar Bintaro Jaya terkluster ke berbagai ruko. Yang paling ramai ada di dua nodes, yaitu node Kebayoran dan node Emerald-Discovery. Rata-rata yang membuka usaha di area ini adalah kapital besar, termasuk hadirnya duet Starbucks-McDonald's baru di wilayah Sektor 9. Kini, jawaban untuk pertanyaan sebelah mana McD harus ditambahi atribut: "McD lama atau baru?"
Dengan dimensi jalan yang lebar, mobilitas yang terjadi di axis tersebut rata-rata tinggi. Nuansanya tidak terlalu mendukung sebagai lingkungan yang laid back dan rileks. Atmosfer ini lebih didapatkan pada jalur-jalur perumahan seperti Jalan Elang dan Jalan Rajawali tadi. Pengunjung bisa berjalan pelan ada jalur tersebut, atau parkir dan berhenti sewaktu-waktu untuk mencoba berbagai establishment baru.
Kini, Sektor 9 Bintaro benar-benar menjelma jadi community capital di kisaran wilayah ini (lingkup kecamatan Pondok Aren, Pondok Kacang, hingga Ciledug) yang selalu ramai. Terutama di akhir pekan ketika daerah ini menjadi melting pot kalangan muda-mudi pada cakupan area yang disebut sebelumnya.
Membayangkan wilayah ini jadi seperti saat ini sama sekali tidak terlintas ketika 9 tahun silam. Setiap kali lewat wilayah ini, dulunya, saya dan istri selalu melihat penuh harap pada petak-petak kosong di pinggir jalan untuk kelak bisa kami tinggali. Namun sekarang, setiap lewat jalur ini, petak-petak tersebut satu demi satu hilang menjadi entitas usaha baru.
Positifnya, area yang kami tinggali ini, kian hari kian bergairah dengan aktivitas-aktivitas serta harapan baru.
*
Foto: Dua Coffee Bintaro oleh Basio dan Bintaro Loop oleh MainSepeda.
Posting Komentar