Di Balik Desain: VERIFIED FACTS MATTER
Ketika membuat desain merchandise ini, jagad medsos sedang heboh dengan masuknya Elon Musk ke platform Twitter (waktu itu). Musk membuat terobosan dengan memperkenalkan centang biru (akun verfiied) jalur berbayar. Tak lama, langkah platform itu diikuti medsos lain seperti Instagram.
Akun centang biru berbayar itu terlihat sama dengan akun-akun centang lainnya yang terverifikasi dari "jalur prestasi", candaan netizen. Dulu, centang biru didapatkan dari verifikasi ketat sehingga pemilik verified account bisa dianggap sahih kredibilitasnya.
Setelah ada "jalur berbayar", semua bisa mendapatkan centang biru. Akun-akun parodi kian mirip dengan akun resmi yang mereka parodikan dengan tambahan centang biru. Situasi ini makin menambah distorsi informasi, lantaran apa yang dicuitkan dari akun verified masih dianggap sesahih era sebelum jalur berbayar dibuka. Banyak pengguna yang "kegocek" dengan centang biru, lalu menerima dan menyebarkan informasi yang keliru, baik secara persepsi atau memang mis dari narasumbernya.
Bagi pengguna yang teliti, situasi ini menambah pekerjaan rumah lagi untuk menambah verifikasi informasi yang diterima dari akun centang biru. Setidaknya memeriksa bagaimana akun tersebut mendapatkan centang birunya.
Hal ini menginspirasi saya untuk membuat slogan "Verified Facts Matter". Sebagai salah satu slogan untuk mendukung praktik jurnalisme berkualitas, penting juga untuk membantu menyebarkan kiat pengguna untuk mendapatkan informasi yang baik.
1) Klaim data dan fakta kini perlu diverifikasi kembali. Tidak semata-mata mengetahui sumber informasinya saja, tetapi "sanad" narasumbernya juga harus diteliti. Yang diklaim sebagai "fakta" kini kadang sudah bias, terdistorsi, atau bahkan fiksi yang bisa diterima karena semata populis (diakui orang banyak).
2) Tanda centang verifikasi yang ada di platform medsos bukan simbol kesahihan informasinya. Relevansi centang biru bahkan kian dipertanyakan kini karena terbukti malah sering menyampaikan misinformasi. Di platform X sudah ada Readers Notes yang membantu verifikasi dan klarifikasi.
Memverifikasi fakta ini menjadi perbincangan hangat akhir pekan lalu ketika (media) Tempo merespon tudingan hoax dari podcast Deddy Corbuzier dan Qodari. Kasus ini menjadi tanda bagaimana slogan yang ada di merchandise Harian Kompas tersebut relevan.
Mereka yang menyebut Tempo melakukan hoax pada dasarnya hanya percaya karena informasinya bersumber dari Deddy Corbuzier dan Qodari. Tidan melihat lagi "sanad" sumber informasinya. Karena mungkin Deddy-nya populer, maka informasinya dianggap benar.
Sementara Tempo menjawab, melalui podcast Bocor Alus Politik, bahwa mereka melakukan kaidah jurnalisme ketika mengabarkan informasi. Skeptisme dan memverifikasi kembali informasi yang mereka terima sebelum digulirkan kembali sebagai fakta terverifikasi.
Cara Tempo menjawab mengingatkan kembali ke merchandise slogan yang saya buat awal tahun lalu ini. Ketika membuat merchandise untuk umum, yang tidak menonjolkan identitas korporasi atau jenamanya, saya memang berusaha mencari titik tengah nilai yang bisa disepakati antara Harian Kompas dan target pasar merchandisenya. Bukan mengenai "kami" tetapi apa yang "kita" sepakati.
Salah satu sisi adalah mengenai praktik menyampaikan informasi yang baik oleh media. Sisi lainnya adalah audiens yang kritis dan skeptis, yang bersedia melakukan pekerjaan tambahan untuk mendapatkan informasi yang benar. Di sisi inilah saya mendapatkan tiga ide slogan. Selain yang sudah dibahas di atas, dua lagi mungkin bisa saya bahas lagi di sesi #DiBalikDesain berikutnya.
Pembaca yang ingin mendukung praktik jurnalisme berkualitas, mungkin masih bisa mendapatkan merchandise ini di Gerai Kompas (gerai.kompas.id). Sepertinya kausnya tinggal sedikit, tetapi sweaternya masih ada.
Posting Komentar