Narasi Reaktif untuk Album Pearl Jam, Dark Matter
Terpaut 4 tahun dari album terakhirnya, Pearl Jam kembali dengan meluncurkan Dark Matter yang dirilis tengah malam WIB tadi (19 April 2024).
Album sebelumnya, Gigaton (2020) memegang rekor sebagai album dengan tautan jarak terlama semenjak rilis album sebelumnya (Lightning Bolt, 2013). Kali ini lebih lekas tiga tahun daripada pendahulu, penggemar Pearl Jam sudah bisa mendengarkan karya baru dari Eddie Vedder dan kawan-kawan.
Sebelum Gigaton, penggemar sempat mendapatkan "selingan" berupa album solo Eddie Vedder kedua yang berjudul Earthling (2022). Pada album tersebut, Vedder tampil full band yang didukung Josh Klinghoffer dan Chad Smith, serta diproduseri Andrew Watt. Watt kemudian lanjut bekerja sama dengan Pearl Jam untuk menggarap Dark Matter sebagai produser. Di kredit sementara, Watt bahkan ditulis sebagai penulis untuk lagu-lagu album ke-12 band asal Seattle tersebut.
Pada Earthling, Watt berkontribusi memberi sentuhan kiwari pada lagu-lagu Eddie Vedder. Oleh karena itu, menarik dinanti sentuhan produser yang biasa bekerja sama dengan Dua Lipa hingga Miley Cyrus ini memberi warna ke musik Pearl Jam yang mengambil jeda dari sixth member, produser Brendan O'Brien.
Sentuhan Watt sudah mulai bisa dirasakan penggemar lewat rilisan 3 single sebelum Dark Matter tersedia penuh. Pada tiga lagu tersebut, sepertinya kita akan mendapatkan album dengan sound terpoles. Hal ini sempat menjadi kejutan ketika album Backspacer, serta kemudian Lightning Bolt yang dulu dianggap "overpolished" serta agak keluar dari citra "grunge" dan garage band yang sebelumnya menempel di Pearl Jam.
Tetapi progres ini tampaknya sah-sah saja seiring dengan usia personil (dan penggemar) Pearl Jam. Membuat sound seperti "Lukin" (No Code, 1996) lagi barangkali menjadi kurang relevan.
Anyways, premis dan perbandingan dengan karya-karya sebelumnya adalah keniscayaan. Apalagi status saya sebagai longtime fan yang cukup khatam dengan lagu-lagu Pearl Jam. Mau tidak mau, ketika mendengarkan (pertama kali) akan timbul asosiasi-asosiasi terkait karya sebelumnya. Bahkan, hal itu juga yang kadang membuat saya bisa lebih cepat mencoba memahami arah penciptaan kreasinya.
Jadi, menarik juga untuk membuat reaksi instan atas album Dark Matter. Sebetulnya, konsep ini sudah tidak asing bagi YouTubers yang kerap membuat video reaksi. Namun, karena saya milenial telat yang lebih suka menulis, reaksi ini coba saya translasikan ke dalam bentuk naratif tulisan.
Reaksi Dark Matter (Putaran Pertama)
Scared Of Fear
Ambience intro ala-ala "Master/Slave" (Ten, 1991), tetapi kemudian kick in dengan premis sound yang akan kita dapat di sepanjang album. Modern dan pop-ish. Premis lain dari mendengarkan ini? Nuansa album Backspacer, tipikal lagu upbeat yang dibangun dari drum Matt Cameron hadir (juga) di track pertama.
Who wrote this: Matt Cameron, sama seperti "The Fixer" (Backspacer) dulu.
React, Respond
Saya membayangkan Eddie dan Andrew Watt brainstorming pada saat workshop dan membicarakan mengenai Joe Strummer dengan produksi kiwari. Lagu ini bukan satu-satunya yang punya tekstur seperti itu. Tipikal lagu yang dibangun dari riff gitar.
Who wrote this: Riff Stone Gossard dengan passive-aggressive ala Seattle yang membiarkan (lagunya) diacak-acak oleh member lain.
Wreckage
Single ketiga, dirilis beberapa saat sebelum full albumnya dibuka. Lagu ini mungkin akan populer di Amerika, seperti "Just Breathe" (lagi-lagi Backspacer) dulu. Link ke Tom Petty dan "musik selatan"-nya jadi evidens kuat. Namun, ini bukan hal yang asing bagi yang mengikuti album Eddie Vedder (Earthling) yang juga diproduseri Watt dua tahun lalu.
Who wrote this: Eddie Vedder jelas.
Dark Matter
Single pertama sekaligus titel album. Sudah diungkap dalam beberapa wawancara, lagu ini dibangun (juga) dari drum Matt Cameron yang menampilkan ciri Soundgarden-nya berupa ketukan ganjil. Ketika lagu ini dirilis sekitar 4 bulan lalu, saya sudah "memprotes" bagaimana melodi vokal Eddie berselancar menunggangi musiknya. Pilihan yang kadang membuat dahi saya mengrenyit.
Who wrote this: Matt Cameron di mana-mana. Mike McCready mungkin dapat kredit untuk solonya.
Won't Tell
Groove dan pilihan mengambil melodi vokal yang menarik. Disusun back to back dengan title track yang memuat kasus sebaliknya. Hampir separuh putaran, lagu ini yang mengejutkan saya dalam term positif. Tipikal lagu yang bisa tumbuh karena layer-layernya relatif tidak bisa ditebak tetapi enak dinikmati.
Who wrote this: Jeff Ament yang membangun strukturnya.
Upper Hand
Wah, kali ini pada sesi brainstorming muncul Pink Floyd barangkali. Intro, solo, dan long jam di ending-nya jelas-jelas memberi petunjuk "who's the culprit" di balik lagu ini. Nod untuk ambience Binaural (2000). Saya belum menggali lirik, tetapi agak aneh juga mendengar punchline lagu ini kata-kata letterlijk seperti "apologize" dan "sorry". So not Eddie.
Who wrote this: Mike McCready, atau kalau dengan struktur sama "Nothing As It Seems" berarti ada jejak Jeff juga.
Waiting For Stevie
Bila mencari kebaruan, lagu ini sepertinya bisa didorong. Di album sebelumnya (Gigaton), kita mendengar kebaruan dalam lagu "Dance of the Clairvoyants" yang menampilkan pola musik tanpa premis sebelumnya. Sementara di lagu ini, kita juga menebak-nebak arah (tunggu sampai akhir lagu) dan tarikan vokal Eddie, sama ketika mendengar beberapa lagu dari Gigaton dulu. Oh, berarti lagu ini yang menjadi jembatan dengan album predesesor Dark Matter tersebut.
Who wrote this: Sepertinya ini lagu Stone Gossard, meski kemudian dikeroyok kolektif juga. Lihat kasus "React, Respond".
Running
Riff yang catchy, upbeat, dan membuat saya tertarik sejak diluncurkan sebagai single kedua sebulan lalu. Masih tertaut lagu "React, Respond", inner channel The Clash dalam Pearl Jam, lagu ini lebih rapi dan terpola. Premisnya mengingatkan pada lagu-lagu ngebut di Backspacer (again!).
Who wrote this: Riff Mike McCready mempunyai pola yang berbeda dengan Stone, dan lagu ini all over it.
Something Special
Beberapa waktu belakangan saya mendengarkan Crowded House, salah satu band yang menginspirasi Eddie Vedder. Ketika kemudian putaran jatuh ke lagu ini, cukup mudah membuat asosiasi dan menebak siapa yang menulisnya. Lagu yang sangat manis dan memiliki pop-folk material yang dapat berubah apabila di-cover oleh musisi lain. Fill melodi terbaik di album.
Who wrote this: Eddie Vedder, tetapi angkat topi untuk effort band mengisinya. Terutama untuk solonya, yang membuat saya penasaran apakah itu Stone?
Got to Give
Apakah ada kontribusi Josh Klinghoffer di kredit lagunya? Beat pada intronya menarik karena mempunyai groove yang berbeda dengan tipikal Matt Cameron. Konsep yang tidak asing apabila mendengarkan Earthling. Namun, struktur pada lagu ini lebih kompleks dibandingkan dengan lagu-lagu Earthling. Sepertinya di-develop pada sesi workshop, sehingga menghasilkan jamming yang menarik di akhir sesi. Vibe "In Hiding" (Yield, 1998).
Who wrote this: Eddie lagi, tetapi banyak sentuhan dari band. Ada jejak Stone juga di lagu ini.
Setting Sun
Ekspektasi yang dipenuhi dari track penutup album. Judul lagunya sudah memberi premis seperti apa, and they deliver. Terlepas dari tarikan melodi vokal yang bisa kita gugat, aspek lainnya memenuhi kriteria untuk membayangkan situasi senja. Tema lagu juga sepertinya juga berkaitan dengan redupnya hidup karena beberapa kali menyebut kiamat (kingdom come).
Who wrote this: Strumming khas Eddie menjadi struktur lagu ini. Bisa diotopsi tanpa bedah.
Verdict
Setelah 11 lagu dalam 48 menit, 21 detik, sangat menyenangkan ternyata mendengarkan bapak-bapak yang telah bersama saya selama tiga dekade ini tetap bersemangat membuat karya. Album ini, bagi saya, lebih segar dibandingkan dengan pendahulunya (Gigaton), dan bahkan bisa diadu dengan Lightning Bolt.
Dalam kasta album, mungkin ini mendekati level Backspacer. Tidak klasik, tetapi menjadi milestone sonik dari kronologi kreasi mereka. Apabila seperti yang diungkapkan Eddie, bahwa Pearl Jam mungkin hanya akan menghasilkan dua album lagi, maka Dark Matter adalah awal dari epilog.
Album ini menawarkan aspek kolaboratif yang lebih menarik dibanding beberapa album sebelumnya. Beberapa di antaranya nyaris kembali ke era Yield. Beberapa momen terbaik dalam album ini adalah ketika mereka bertanggung jawab dengan nama "jam" yang ada di band, pada beberapa lagu.
Namun, sepertinya belum semua lagu dikerjakan dengan skema tersebut. Jejak-jejak pembuat lagu utama (atau istilahnya track-merchant) masih cukup bisa diamati. Hal ini wajar, dan tidak menutup harapan mengenai dua album terakhir (apabila seperti yang dikatakan Vedder) dari legenda musik rock ini.
Posting Komentar