Konser Pearl Jam Nite XII, Energi dari Kolektivitas Penampilan
Lama tak dihelat, Pearl Jam Nite XII meluncur di Bandung. Event bertajuk Alive at The Star ini diadakan di (sesuai namanya) The Star, yang menyatu dengan Avery Hotel Bandung pada hari Sabtu, 9 November 2024.
Acara Pearl Jam Nite (PJN) merupakan hajatan (dahulu) tahunan dari komunitas Pearl Jam Indonesia (PJID). Angka sebelumnya, PJN XI, diadakan di Jakarta pada tahun 2019. Jadi, vakum 5 tahun, apa yang bisa diharapkan?
Bagi saya, hadir di PJN itu hukumnya sunah muakad. Hal yang sebaiknya diupayakan. Hukumnya lebih diutamakan, bahkan, dibanding menonton konser Pearl Jam-nya sendiri. Secara syar'i, menonton konser Pearl Jam (PJ) di ekonomi saat ini, untuk saya, cenderung makruh.
Menonton PJN, yang diselingi beberapa event bertema Pearl Jam sebelum dan selepas pandemi, semuanya selalu sukses membuat keimanan saya untuk Eddie Vedder bertambah tipis (karena sudah tebal). Usai konser, akan selalu terngiang satu-dua lagu yang meninggalkan kesan. Seolah menjadi impresi atas acara tersebut.
Mencari Gerangan "Song of the Event"
Jauh ke belakang, "song of the event" pada saat PJN I (2005) adalah "Alone". Waktu itu dibawakan Ipang dan Cupumanik. Saya tidak pernah dengar sebelumnya. Di PJN V, "song of the event"-nya adalah "Sonic Reducer" yang dibawakan Silentium. Entah kenapa kalimat "you're not just 'anyone'" itu menjadi mantra ajaib bagi diri saya. Demikian contoh ketika "keimanan" kita ditebalkan dari acara semacam ini.
Maka, ketika berniat menghadiri PJN XII, saya juga mencoba mencari "song of the event". Entah tautannya personal atau komunal, menggambarkan gelaran itu sendiri.
Ini adalah kali ketiga acara milik komunitas PJID ini diadakan di Kota Kembang. Gelaran pertama, PJN III, saya turut hadir dan mencatat. Headliner pada saat itu, dan gelaran ke-12 kebetulan sama. Unit alternatif Bandung, veteran skena Saparua, Junkhead.
Event PJN III adalah event yang mendobrak kepercayaan diri komunitas untuk bisa otonom dalam menghelat acara. Maksudnya, di dua event pertama, panitia masih sering dibebani dengan bintang tamu yang harus didatangkan. Mereka kurang percaya diri untuk mengandalkan band yang memang sudah beredar di kalangan komunitas sendiri.
Selepas PJN III, PJID lebih yakin untuk mengandalkan band dari komunitas sendiri sebagai penampil. Konsep acara pun diubah menjadi dari penggemar untuk penggemar. Tentu saja tanpa mengabaikan aspek penampilan yang tetap ada standarnya. Namun, setidaknya PJID ingin menampilkan nuansa konser Pearl Jam sesungguhnya. Minim gimik panggung, serta setlist yang luar biasa acak. Tidak bergantung ke lagu hits.
Bertahan dengan Komunitas
Konsep tersebut masih terasa di PJN XII. Roster penampil di acara ini adalah band dari komunitas PJID. Ada Bandung Lost Dogs (BLD), Dark Matter Project (DMP), Dissidents, Noam 23, dan Junkhead. Seluruh band terkoneksi dengan komunitas PJID, dan mudahnya bisa disebut semuanya adalah penggemar Pearl Jam. So, standar PJN masih terjaga dari sisi roster.
Penampil pertama, pada pukul 18:45, adalah Noam 23. Frontman unit ini, JC, sudah tampil di beberapa gelaran PJN, termasuk di PJN I dahulu. Membuka PJN XII, Noam 23 (ternyata) menjadi "tone setter" bagi acara dengan pilihan setlist mereka. Lagu-lagu kencang dan berenergi hadir melalui, antara lain, "Sonic Reducer", "Whipping", dan "Fuckin' Up".
Sebagian merupakan cover songs yang kerap dibawakan oleh Eddie dkk. Barangkali tidak semua orang paham mengapa lagu The Ramones atau Neil Young ikut masuk ke dalam setlist? Penggemar Pearl Jam tentu saja mengerti. Ceklis untuk setlist yang (hanya) dipahami fans sudah tercentang.
Noam 23 total membawakan 5 lagu. Semuanya energetik dan memanaskan penonton yang mulai diajak merapat ke bibir panggung. Ini tentu membantu penampil berikutnya. Pilihan ini bisa menjadi staple untuk konsep gelaran berikutnya.
Usai Noam 23, panggung diisi oleh penampilan Dissidents. Unit ini berisi member band Perfect Ten, Sonic Wood, dan Alien Sick (serta unit-unit spin off lain) yang sebelumnya juga berkali-kali mengisi acara PJID dan PJN. Mereka juga masih fresh mengisi acara Pearl Jam Nite yang digelar di Hotel Sultan belum lama.
Warna dan Energi Pertunjukan
Melanjutkan tone dari Noam 23, "Brain of J" dipilih untuk membuka set Dissidents. Pilihan lagu mereka juga cukup unik, antara lain memasukkan "Quick Escape" dari album Gigaton yang kurang populer. Bahkan di kalangan penggemar Pearl Jam sendiri. Selain itu, Dissidents juga membawakan lagu seperti "Comatose" dan menutup set dengan "Blood".
Sekali lagi, energi yang dirilis di acara PJN XII - sampai dua band ini - lumayan beroktan tinggi. PJID mempunyai satu set acara lagi yang berjudul Acoustology. Apakah pilihan set bertenaga ini salah satu kiat untuk membedakan dari repertoir akustik? Lagu balada atau momen pendinginan cukup jarang muncul, meski Dissidents menyisipkan "Daughter" dan "Light Years".
Dan tone ini, apakah memengaruhi penampil berikut, BLD, dalam pemilihan setlist? Sebelum acara, saya sempat mengintip lagu yang rencana mereka bawakan. Pilihannya ada beberapa lagu yang memberi jeda pada mosh pit di bibir panggung, seperti "Black", atau bahkan "Love Boat Captain". Namun, ketika di panggung, lagu tersebut tiba-tiba raib dan diganti lagi oleh set kencang.
Unit kolektif yang selalu berganti penampil ini menyalakan (atau mempertahankan nyala) api panggung dengan lagu-lagu seperti "Even Flow", "Not For You", dan "Animal". Sudah pasti pilihan tersebut disambut dengan energi dari penonton yang secara demografi justru mulai menabung kalori.
BLD membawa beberapa kolaborator yang menjadi pengisi tamu. Fleksibilitas unit ini dalam berganti-ganti personil adalah privilese yang membuat mereka menjadi band yang cukup konsisten mengibarkan panji Pearl Jam di berbagai helatan.
Kolektivitas Penampil, Kolektivitas Setlist
Penampil berikut, setelah BLD, juga merupakan unit kolektif, adalah Dark Matter Project (DMP). Bedanya, mereka baru saja terbentuk untuk merayakan album ke-12 Pearl Jam yang berjudul Dark Matter. DMP adalah gabungan fans yang awalnya membawakan lagu dari album tersebut. Baru dua panggung yang mereka panaskan sebelum PJN XII ini, termasuk sebagai penampil tunggal di At America Jakarta bulan Oktober 2024 lalu.
Kini DMP melebarkan piilihan album pada PJN XII kali ini. Mereka membuka dengan "Release", menyisipkan "Given to Fly", dan wakil dari No Code (1996) back to back dalam wujud "Smile" dan "Hail Hail". Album keempat PJ ini baru muncul kesekian, bahkan kalah dengan Gigaton yang diwakili dua lagu, salah satunya yang dibawakan DMP dengan "Dance of Clairvoyants".
Sisanya, ya lagu-lagu dari Dark Matter. 4 lagu dari album anyar PJ tersebut membuat ceklis kembali tercentang. Ada ruang apresiasi baru untuk seluruh album PJ, yang tidak hanya fokus pada satu-dua album pertama. Hal seperti ini yang membedakan PJN dari PJID dibanding show berbau Pearl Jam lainnya yang menganggap Pearl Jam adalah band legacy dengan katalog 1-2 album saja.
Meski membuka dengan "Release" dan menyisipkan "Nothingman", DMP-pun tidak luput dari "tuntutan" untuk bermain energetik. Hal ini didukung dengan beberapa lagu dari Dark Matter yang memang penuh energi, seperti lagu titel album dan "Running" yang menutup set DMP.
Bila menggambarkan kesan PJN XII dengan sebuah album, saya akan memilih VS (1993). Album kedua Pearl Jam tersebut berisi angst, bertenaga, dan bergerak dari pendekatan classic rock di album debut (Ten, 1991). VS, bagi saya adalah refleksi skena penggemar musik alternatif di Bandung yang lebih avant garde dibanding kota lain.
Simbol Langgeng Musik Alternatif
Skena musik grunge dan rock alternatif tahun 1990-an lebih awet di Bandung. Mereka terus bersemi, sementara di kota lain, khususnya Jakarta, segera beringsut ke tren baru macam Brit Pop dan musik urban. Salah satu band yang "terdakwa" melanggengkan skena rock alternatif ini adalah Junkhead, yang menjadi headliner acara PJN XII.
Unit asal Bandung ini sudah identik dengan musik rock alternatif sejak era mengisi panggung di GOR Saparua di tahun 1990-an. Mereka menjadi salah satu pionir band yang bertahan dengan konsep musik ini, bahkan di era-era ketika sekitarnya mulai masuk jenis musik lain seperti metal.
Junkhead menjadi unit penampil terakhir sebelum jam session. Membuka dengan pilihan unik, yaitu "Insignificance" (dari album Binaural), set Junkhead juga terindikasi penuh tenaga. Berikut meluncur lagu-lagu seperti "World Wide Suicide" dan "Leash" yang membakar panggung.
Afirmasi bahwa nuansa VS yang muncul dari PJN XII ini, bagi saya, muncul ketika Junkhead membawakan "Leash" dengan sangat baik. Groove lagu ini, terutama di intronya, sangat sulit dimainkan, bahkan oleh Pearl Jam sendiri. Hal itu bisa dilewati Junkhead meski dengan drummer ad interim. "Leash" bagi saya adalah "song of the event". Nuansa lagu dan liriknya sangat cocok mendeskripsikan konteks helatan ini.
Gerangan Lagu Helatan
Tidak hanya secara musik, "Leash" juga relevan dengan kekekalan kultur. Hanya saat dibawakan Junkhead, frase "Drop the leash, we are young" masih cocok diucapkan audiens yang sepertinya sudah tidak "young". Sejenak mereka kembali ke masa muda, dan membuktikan lagi frasa "I am fuel you are friends, we got the means to make amends".
Event PJN XII ini punya kepentingan untuk menebus 5 tahun yang hilang dari gelaran PJN. Tentu saja mereka harus "make amends". Sangat beruntung PJID mempunyai Bandung dan unit-unit di dalamnya yang berhasil menjadi bensin untuk menyalakan lagi ghirah terhadap Pearl Jam.
Venue The Stars, berkapasitas 200 orang, malam itu penuh secara harafiah dan kiasan. Saya tak pernah berpikir akan melihat lagi mosh pit bergejolak di saat penampil dan penonton berusia 40 ke atas. Saya pikir event ini akan direndisi dengan repertoir aman sambil menyalakan lilin atau ponsel dari tempat duduk masing-masing menyanyikan "cururut cu cururu". Tapi realitanya tidak.
Usai menutup dengan trio lagu dari album Ten, Junkhead memberi tempat di panggung bagi jamming komunitas. Siapa saja bisa naik ke atas panggung, dan mengalun beberapa lagu ekstra hingga curfew mengapung. "Yellow Ledbetter" dan "Black" baru mengalun di sesi ini. Lagu yang saya pikir akan diambil oleh para penampil.
Sayup-sayup, seperti menutup sesi adalah "Rockin' in the Free World" dari acara jamming. Jam 23:00 penonton mulai bubar, dan sisa yang bertahan menutup dengan foto bersama sambil menyanyikan "Last Kiss" mengiringi suara latar.
Realita Menyentang Ceklis
Usai helatan, saya sibuk untuk mengurutkan ceklis yang tercentang dari "standar" Pearl Jam Nite. Setidaknya membandingkan dengan pengalaman yang sudah-sudah.
Ceklis-ceklis yang tercentang mengindikasikan bahwa PJN XII Bandung ini termasuk salah satu gelaran PJN terbaik. Apakah bias karena "make amends" dengan jarak lima tahun? Mungkin. Tetapi sorotan utamanya adalah betapa konsistennya energi yang diperjualbelikan dari panggung ke mosh pit, dari awal hingga akhir. Dari Noam 23, Dissidents, BLD, DMP, Junkhead, hingga jam session.
Semuanya menjaga aliran energi yang stabil. Pilihan setlist juga, dalam standar PJN, menunjukkan bahwa show ini memang dibuat oleh para penggemar Pearl Jam. Priode paleo, meso, dan neo dari Pearl Jam mendapatkan perwakilan yang cukup adil di gelaran PJN XII.
Lagu-lagu "obscure" berimbang dengan hits. Semuanya dibawakan dengan energetik. Sehingga, andai ada konser Pearl Jam bisa dihadiri para penonton PJN XII dalam waktu dekat, mereka tidak akan kaget dengan pilihan set band asal Seattle tersebut.
Ceklis paling paripurna adalah PJN XII masih memberikan pengalaman yang menambah keimanan terhadap Pearl Jam. Paling sahih menutup ibadah sunah muakad ini dengan sebuah kutipan ayat.
"Will myself to find a home, a home within myself. We will find a way."
Setlist Pearl Jam Nite XII
Noam 23
- Sonic Reducer
- Rearviewmirror
- Whipping
- I Believe in Miracle
- Fuckin' Up
Dissidents
- Brain of J
- Rats
- Quick Escape
- Daughter
- Light Years
- Comatose
- Blood
Bandung Lost Dogs
- Not For You
- Force of Nature
- Animal
- Dissident
- Even Flow
- Better Man
- Why Go
Dark Matter Project
- Release
- Scared of Fear
- React, Respond
- Dark Matter
- Given to Fly
- Dance of the Clairvoyant
- Nothingman
- Smile
- Hail, Hail
- Running
Junkhead
- Insignificance
- The Fixer
- Corduroy
- World Wide Suicide
- Leash
- Alive
- Jeremy
- Porch
1 komentar
selalu renyah membaca tulisan helman ini, bahasa luwes & ringan, sehingga ga bosen membacanya. cuma masukan aja, ada tradisi dari PJ nite 1 hingga ke-12, yaitu koor bareng antara vocalist & audience. entah kenapa, itu yg membuat vocalist & penonton ada energi baru
thanks helman
Posting Komentar